FETUSSAGA - Jamal

Kode Buku: JA1 Judul : FETUSSAGA Pengarang : Jamal Penerbit : Grasindo Kondisi : Buku baru, masih segel Berat : 225 gram Tebal: - Harga : Rp. 19.000,- [harga toko : Rp. 32.000,-] Sinopsis: Unik dan menarik, itulah kata pertama yang muncul setelah membaca novel ini, berbeda dengan novel terdahulunya Louisiana Louisiana dan Rakkaustarina, kali ini Jamal bertutur tentang calon bayi yang berinteraksi dengan makhluk dari "dunia lain". Dedi S Wihardja, pembaca buku Antara yang realis dan surealis berbaur dalam novel ini. Lewat penuturan yang lancar, sang novelis membawa kita ke alam budaya Sunda yang tidak lepas dari persoalan-persoalan mistis. Tema yang demikian sangat jarang diungkap orang, apalagi dalam penceritaannya menampilkan tokoh janin yang masih ngendon dalam perut ibunya. Apa yang ditulis Jamal dalam novelnya ini, setidaknya membuktikan bahwa ia adalah orang yang tidak betah di tempat, tidak lagi mengurung diri dalam persoalan cinta dan seks liar, sebagaimana yang terdapat dalam dua novelnya terdahulu. Novel ini menghadirkan sebuah upaya mengenalkan budaya Sunda sekecil apapun ke dunia luar. Soni Farid Maulana, penyair, redaktur seni dan budaya “Khazanah” - Harian Umum Pikiran Rakyat Bandung Mang Jamal berkembang, euy! Habis Louisiana Louisiana dan Rakkaustarina, kini terbit novelnya yang ketiga, Fetussaga. Dua yang pertama berlatarbelakang negeri-negeri yang jauh dari Indonesia dan menampilkan tokoh utama orang muda yang terlibat dalam cinta dan segala sangkut pautnya. Sedang novel terbarunya ini mengambil tempat di kampong halaman Mang Jamal sendiri, hingga ke Kawali. Tokoh utamanya pun lain dari yang dulu: calon manusia alias janin yang berteman dengan siluman ciamis yang disebut onom. Dengan begitu ia beranjak dari tabiat realistis dalam kedua novelnya yang terdahulu, lalu masuk ke dalam surealis seraya berupaya mengaduk bahan –bahan perkisahan dari khazanah sejarah dan mitos di Tatar Sunda. Dengan caranya sendiri, saya kira, Mang Jamal tengah bereksperimen dalam seni mengarang. Upaya mengolah sejarah dan mitos menjadi kisah yang layak dibaca tentulah berat adanya, barangkali seperti jerih payah Wiratanuningrat yang mengubah Rawa Lakbok menjadi lahan pertanian-dan tentu perlu dihargai. Hawe Setiawan, redaksi majalah Cupumanik
0 komentar