Part 5: Tantangan Baru di Tengah Berkembangnya Usaha
Usaha pengiriman air pegunungan milik Aris semakin berkembang pesat. Setelah mendapatkan kepercayaan dari beberapa pelanggan besar dan hasil uji sertifikasi yang menunjukkan air dari sumber Pacet memiliki kualitas tinggi, pesanan pun mulai datang bertubi-tubi. Setiap hari, jadwal pengiriman semakin padat; mobil tangki yang semula hanya berangkat beberapa kali seminggu, kini hampir selalu penuh terisi.
Namun, di tengah keberhasilan ini, Aris mulai menghadapi tantangan baru. Permintaan yang tinggi membuatnya harus memastikan bahwa pasokan air tetap tersedia tanpa mengurangi kualitas atau menimbulkan dampak lingkungan di sekitar sumber air keluarganya.
Suatu hari, Aris dan Andi duduk di beranda rumah sambil melihat mobil tangki yang baru saja kembali dari Surabaya. Wajah mereka tampak lega namun juga penuh dengan kekhawatiran.
“Di, aku takut kalau kita terus-menerus mengambil air dari sumber ini, dampaknya bisa buruk. Kalau terlalu banyak diambil, nanti aliran airnya berkurang, malah merugikan lingkungan sekitar,” ujar Aris, sambil memandang jauh ke arah sumber air.
Andi mengangguk, memahami kecemasan Aris. “Kamu benar, Ris. Usaha kita harus tetap memikirkan keberlanjutan. Mungkin kita bisa cari sumber tambahan, atau membuat sistem pengaturan debit air agar tidak terlalu menguras sumber yang ada.”
Di tengah kebingungan mereka, datanglah Pak Suryono, seorang tetua kampung yang selama ini selalu memberikan nasihat bijak kepada para pemuda. Pak Suryono mendengar kekhawatiran Aris dan Andi, dan dengan tenang memberikan saran.
“Aris, Andi, yang kamu lakukan ini sudah bagus sekali, tapi ingatlah bahwa alam juga butuh waktu untuk memulihkan dirinya. Kamu perlu buat strategi agar sumber ini tidak habis dan tetap bisa dimanfaatkan jangka panjang. Cobalah bicarakan dengan pemerintah desa dan cari solusi bersama. Siapa tahu, kita bisa dapat izin untuk mengelola sumber air di tempat lain.”
Keesokan harinya, Aris mengikuti saran Pak Suryono. Bersama beberapa tokoh desa dan Andi, mereka mengadakan pertemuan dengan pihak pemerintah setempat untuk membicarakan rencana pengelolaan sumber air secara berkelanjutan. Dalam pertemuan itu, Aris mengajukan proposal untuk menggunakan sebagian keuntungan usahanya demi memelihara sumber air dan mendukung pembangunan desa, serta untuk mencari izin pengelolaan sumber air tambahan yang bisa digunakan tanpa merusak alam.
Setelah melalui diskusi panjang, pemerintah desa akhirnya setuju dan bahkan memberikan izin kepada Aris untuk mengambil air dari beberapa sumber lain di sekitar Pacet. Namun, ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu Aris harus memantau debit air secara berkala dan memasang alat pengukur di setiap sumber yang ia gunakan.
Tak hanya itu, Aris juga mendapati dirinya harus menghadapi tantangan lain—persaingan dari perusahaan besar yang juga mulai melirik sumber air pegunungan di sekitar Pacet. Beberapa waktu kemudian, ada perusahaan besar yang memasuki wilayah Pacet dan menawarkan pasokan air pegunungan dengan harga lebih murah dari usaha Aris. Pelanggan yang dulu setia pun mulai berpaling, tergiur harga yang lebih rendah.
Namun, Aris tidak menyerah begitu saja. Bersama Andi, ia meningkatkan upaya pemasaran di media sosial dan menekankan keunggulan air dari sumbernya yang alami, murni, dan dilengkapi dengan sertifikat. Ia juga meningkatkan kualitas layanan dengan pengiriman yang tepat waktu dan transparansi dalam kualitas produk.
“Di, aku rasa usaha kita ini bukan cuma soal harga, tapi soal kualitas dan keberlanjutan,” ujar Aris suatu hari. “Kita tidak bisa bersaing soal harga dengan perusahaan besar, tapi kita bisa buat usaha ini tetap dekat dengan konsumen, dan memberikan mereka kepercayaan bahwa air ini dikelola dengan baik.”
Dengan tekad itu, Aris memulai program “Sahabat Air Pegunungan Pacet” yang mengajak pelanggan untuk ikut peduli pada pelestarian alam. Setiap pembelian dalam jumlah besar, sebagian keuntungan akan disumbangkan untuk menjaga sumber air dan lingkungan sekitar. Pelanggan diajak menjadi bagian dari komunitas yang peduli lingkungan, dan mereka pun diajak ikut serta dalam kegiatan-kegiatan penghijauan yang diadakan di desa Pacet.
Lambat laun, inisiatif Aris membuahkan hasil. Meskipun perusahaan besar tetap menjadi pesaing, para pelanggan yang setia menghargai usahanya untuk menjaga keberlanjutan alam dan kualitas produk. Reputasi Aris sebagai pengusaha lokal yang peduli lingkungan menyebar dengan cepat, dan dukungan dari masyarakat sekitar semakin kuat.
Usaha Aris kini bukan hanya sekadar bisnis pengiriman air, tetapi juga sebuah gerakan kecil untuk menjaga kelestarian alam di Pacet. Ia merasa lebih yakin bahwa langkahnya untuk menjaga alam dan memberi manfaat bagi sesama adalah jalan terbaik yang bisa ia tempuh. Setiap tetes air yang ia kirim kini membawa pesan: bahwa berkah alam ini akan terus mengalir selama ada kepedulian dan tanggung jawab dari semua pihak.
Di bagian berikutnya, kita bisa melanjutkan cerita Aris saat ia mulai mengembangkan usaha ke bidang lain yang mendukung pelestarian lingkungan atau saat ia menghadapi tantangan untuk meningkatkan teknologi dalam pengelolaan air.
==