Bagian 4: Menghimpun Keyakinan dan Menguatkan Langkah
Bagus kembali ke desa dengan perasaan campur aduk. Perjalanan ke kota telah memberinya banyak pemahaman tentang mesin depo air minum isi ulang, namun juga menyadarkannya akan tantangan modal yang tidak ringan. Harga mesin beserta perangkatnya mencapai 25 juta rupiah, jauh di luar anggaran yang ia miliki. Tapi semangat Bagus tidak surut; ia justru semakin yakin bahwa usaha ini penting dan akan membawa dampak besar bagi masyarakat desanya.
Sesampainya di rumah, Bagus segera merancang langkah-langkah yang perlu ia ambil. Sebagian modal akan ia himpun dari hasil kerja kerasnya selama ini, tapi tentu masih ada kekurangan yang cukup besar. Syirkah dengan Ghafi, yang disepakati beberapa hari lalu, adalah secercah harapan bagi impiannya.
Di kamar sederhana itu, Bagus mulai menuliskan rencana usaha yang lebih rinci untuk dibahas dengan Ghafi. Dia memikirkan cara-cara untuk mempercepat pengumpulan modal tambahan, bahkan mempertimbangkan untuk membuat proposal usaha yang lebih matang agar ke depannya lebih jelas dalam pengelolaan. Bagi Bagus, mesin depo ini adalah investasi untuk jangka panjang, bukan hanya bagi dirinya sendiri, tapi juga untuk seluruh desa yang membutuhkan akses air minum bersih dan terjangkau.
Sore harinya, Bagus bertemu Ghafi untuk mengonfirmasi kesepakatan syirkah mereka. Mereka duduk di teras rumah Ghafi yang asri, dikelilingi pepohonan rindang yang memberikan suasana tenang. Ghafi, yang sejak awal mendukung gagasan ini, mendengarkan dengan penuh perhatian ketika Bagus menjelaskan langkah-langkah yang telah ia susun. Bagus memaparkan perincian modal, mulai dari biaya mesin utama hingga peralatan tambahan, juga rencana pemasangan dan biaya operasional yang mungkin akan muncul di masa mendatang.
"Kita harus membuat perjanjian yang adil," ujar Ghafi. "Bagaimana kalau kita bagi modal sama rata? Aku akan investasikan sebagian modal, dan kita sama-sama bertanggung jawab atas pembagian keuntungan dan pengelolaan."
Bagus mengangguk, menghargai kesediaan Ghafi untuk berbagi tanggung jawab ini. Mereka akhirnya menyepakati pembagian modal dan keuntungan dengan sistem yang jelas. Ghafi akan menyumbang sebagian besar modal tunai, sementara Bagus, selain memberi modal, juga akan menjadi pengelola penuh usaha ini, dari pemasangan, pemasaran, hingga pemeliharaan. Masing-masing dari mereka berjanji untuk berkomitmen penuh demi kemajuan usaha.
Dengan syirkah ini, keduanya merasa jauh lebih yakin. Mereka memiliki visi yang sama: bukan hanya mencari keuntungan, tetapi memberikan manfaat nyata bagi masyarakat desa. Dalam hati, Bagus merasa semakin dekat dengan mimpinya. Kini, dengan mitra yang ia percayai, langkah ke depan terasa lebih kokoh.
Bagus pulang malam itu dengan tekad baru. Meskipun ia tahu tantangan belum selesai, kehadiran Ghafi sebagai mitra telah meringankan beban di pundaknya. Hari-hari berikutnya, Bagus mempersiapkan segala kebutuhan untuk mulai merealisasikan usaha ini. Rencana itu kini lebih dari sekadar angan—ia mulai melihatnya sebagai kenyataan yang tak lama lagi akan hadir di desanya.
Posting Komentar