Part 4: Menguji Kualitas Air
Hari itu, Aris menerima panggilan dari salah satu pelanggan barunya, Pak Anwar, seorang pemilik usaha depo air minum isi ulang di Surabaya. Pak Anwar sangat tertarik untuk bekerja sama dengan Aris, tetapi ia memiliki beberapa pertanyaan tentang kualitas air yang akan mereka kirim.
“Mas Aris, kalau boleh tahu, air sumber Pacet ini sudah punya sertifikat kelayakan air minum atau belum?” tanya Pak Anwar di telepon.
Aris terdiam sejenak. Sejauh ini, ia hanya mengandalkan kealamian dan kejernihan air sebagai daya tarik utamanya, tetapi belum terpikir olehnya bahwa beberapa pelanggan besar mungkin memerlukan jaminan lebih, seperti sertifikat dan pengukuran kualitas air.
“Untuk sertifikat kelayakan, belum, Pak,” jawab Aris dengan jujur. “Tapi, kalau Bapak butuh jaminan itu, saya bisa kirimkan contoh air ke pihak yang mengeluarkan sertifikat. Kami juga bisa sediakan alat pengukur TDS, jadi Bapak bisa lihat sendiri kualitas airnya.”
Pak Anwar setuju. Ia ingin sekali mendapatkan air berkualitas dari Pacet, namun ia juga ingin memastikan bahwa air tersebut memenuhi standar air minum yang baik.
Setelah menutup telepon, Aris langsung menghubungi Andi dan menyampaikan permintaan Pak Anwar. Mereka sepakat bahwa ini adalah langkah penting dalam meyakinkan pelanggan bahwa air dari sumber Pacet benar-benar berkualitas.
Keesokan harinya, Aris mempersiapkan beberapa botol air sebagai sampel untuk dibawa ke laboratorium pengujian. Sebelum sampel diantar, Andi datang membawa alat yang baru saja mereka beli, sebuah TDS Meter, alat kecil yang bisa mengukur jumlah Total Dissolved Solids (TDS) atau zat padat terlarut dalam air.
“Ris, coba kita ukur dulu airnya. TDS ini penting untuk menentukan kualitas air. Air dengan TDS rendah biasanya lebih baik untuk diminum,” jelas Andi, sambil menunjukkan cara penggunaan alat tersebut.
Dengan penuh semangat, Aris mengisi gelas dengan air dari sumber di halaman rumah bapaknya, lalu memasukkan TDS Meter ke dalam air. Angka yang tertera di layar alat itu membuat mereka berdua terkejut.
“Lihat, Ris! Angkanya hanya 30 ppm!” seru Andi. Mereka tahu bahwa angka TDS yang rendah menunjukkan kualitas air yang sangat murni. Sebagai perbandingan, air keran di kota biasanya memiliki TDS sekitar 200-500 ppm, sementara air minum kemasan umumnya berkisar di angka 100 ppm.
“Hah, 30 ppm?” Aris tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ia merasa sangat bangga bahwa air dari sumber di pegunungan Pacet memiliki kualitas sebagus ini. “Ini berarti air kita murni sekali, ya? Orang-orang kota pasti suka!”
Tanpa membuang waktu, Aris dan Andi segera mengirimkan sampel air tersebut ke laboratorium untuk diuji lebih lanjut. Mereka juga mengirim hasil pengukuran TDS ke beberapa pelanggan sebagai bukti kualitas. Tak lama setelah itu, Pak Anwar menelepon lagi dan terdengar semakin antusias.
“Mas Aris, hasil TDS ini luar biasa. Airnya sangat murni. Kami siap ambil pasokan pertama dari Pacet! Kami juga akan mengirimkan hasil uji sertifikat begitu laboratorium mengeluarkannya,” kata Pak Anwar dengan nada puas.
Kabar baik itu membuat Aris semakin bersemangat. Usahanya tak hanya semakin dikenal, tetapi juga mulai mendapatkan kepercayaan dari pelanggan besar berkat jaminan kualitas yang dapat ia buktikan. Hasil pengukuran TDS yang rendah membuat produk air sumber Pacet semakin unggul dan diincar oleh banyak pelanggan yang peduli akan kesehatan dan kualitas.
Malam itu, Aris merenung. Ia tersenyum, merasa bersyukur karena diberi kesempatan untuk membawa berkah pegunungan ini kepada lebih banyak orang, dengan kualitas yang terjaga dan terbukti baik. Langkah ini membuatnya yakin, bahwa usaha Jasa Pengiriman Air Sumber Pacet kini telah memiliki pondasi yang semakin kuat, siap menembus pasar yang lebih luas dengan kualitas yang tak diragukan lagi.
Bagian berikutnya bisa mengisahkan perkembangan usaha Aris saat mulai menghadapi tantangan baru dalam menjaga konsistensi pengiriman dan kualitas air, serta bagaimana ia menghadapi persaingan dari produsen air minum lainnya.
==