Bagian 1: Menatap Langit dari Tanah yang Kering
Bagus duduk di tepi jalan desa, menatap langit yang tampak begitu luas. Langit senja yang perlahan berganti warna, dari biru cerah menuju jingga yang memudar. Angin yang berhembus pelan menggerakkan beberapa daun pohon kelapa yang tinggi di ujung sana. Suara cengkerik mulai terdengar, tanda malam akan segera tiba. Tapi, pikirannya tetap tak bisa lepas dari perasaan ragu yang menyelimutinya.
Di depan rumah, beberapa peralatan bekas pertanian terlihat berserakan. Gergaji tangan, palu, dan sejumlah paku tampak tak terpakai. Semua itu adalah sisa-sisa dari usaha ayahnya yang kini tinggal kenangan. Keringat yang jatuh dari pelipis Bagus menambah berat suasana hati yang sudah berat.
Ia memandang ke arah tanah lapang yang luas itu. Di sana, hanya ada ladang jagung yang kering dan beberapa pohon pisang yang mulai layu karena musim kemarau yang panjang. Desa ini, seperti kebanyakan desa lainnya, berjuang dengan keterbatasan. Tidak ada yang luar biasa, kecuali harapan kecil yang tersisa di benaknya.
Bagus bukan pemuda yang suka banyak bicara, apalagi mengeluh. Sejak kecil, ia diajari oleh orang tuanya untuk bekerja keras, meski dalam diam. Namun, kali ini, ia merasa ada sesuatu yang lebih besar yang harus dilakukan. Sesuatu yang mungkin tidak hanya akan mengubah hidupnya, tetapi juga hidup orang-orang di sekitarnya.
Di desa ini, air bersih adalah barang langka. Penduduk harus mengantri berjam-jam untuk mendapatkan air dari sumur umum. Kadang, mereka harus berjalan jauh hanya untuk membawa air ke rumah mereka, sebuah pekerjaan yang tidak mudah, terutama bagi perempuan dan anak-anak. Bagus sering mendengar keluhan itu di tengah-tengah percakapan sehari-hari, dan meski tidak langsung diutarakan, ia merasakannya sebagai beban yang tak tertanggung.
Saat itu, sebuah ide mulai muncul di benaknya. Sesuatu yang tidak terbayangkan sebelumnya. Sebuah usaha yang mungkin bisa membantu menyelesaikan sebagian masalah mereka. Usaha yang berhubungan dengan teknologi, yang bisa mendatangkan air langsung ke rumah mereka. Mesin depo air minum isi ulang. Mesin yang bisa mengubah cara hidup mereka.
Bagus berdiri dan menatap jalan yang membentang di depannya. Jalan itu tampak panjang dan penuh tantangan. Namun, di balik tantangan itu, ia merasa ada kesempatan yang harus diambil. Ini bukan hanya tentang mencari keuntungan, tetapi lebih dari itu—tentang memberi sesuatu yang berharga kepada orang lain.
Malam sudah datang, dan di tengah gelapnya desa yang tenang, Bagus memutuskan. Ini adalah awal dari sebuah perjalanan baru. Perjalanan yang akan membawa perubahan, bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk orang-orang yang ada di sekitarnya. Sebuah langkah yang pertama kali dimulai dengan melihat langit yang luas, dan tanah yang kering. Sebuah langkah yang akan menuntunnya ke tempat yang tidak terduga.
Dengan langkah pasti, ia berjalan menuju rumah, merencanakan langkah selanjutnya. Sebuah langkah yang dimulai dari keyakinan sederhana, bahwa bahkan tanah yang kering pun bisa memberi kehidupan, asalkan ada keberanian untuk menanam benih yang tepat.
==